Lain halnya dengan Bapak Yusuf Supriatna, sopir angkot satu ini tidak pernah kebut-kebutan dan selalu ridha dengan ongkos yang diberikan penumpangnya, karena beliau yakin rezekinya telah ditetapkan oleh Allah dan tidak akan bertambah jika ia kebut-kebutan dan juga tidak akan berkurang jika ia nyalip angkot lain.
Kisah ini diambil dari cerita milik Meirna Nurdini Thomas yang diunggahnya melalui Facebook.
Perjalanan pagi ini (Sabtu, 9/5/2015) kembali menyenangkan… Maha Suci Allah yang selalu mempertemukanku dengan orang-orang yang memberi hikmah…
Turun dari angkot Ciroyom-Bumi Asri kulanjutkan perjalanan dengan angkot Elang Gedebage dari Bunderan Cibeureum.
Angkot masih kosong, aku langsung maping. Pengemudi tua, umurnya pasti lebih dari 70 tahun, tersenyum, dan langsung menjalankan kendaraannya…pelan, tidak tergesa… dengan pantofel hitam berkaus kaki…rapi.
“Bapak umur berapa? koq masih nyopir angkot? enggak capek pak?”
“Umur bapak 72, Neng” jawabnya.
Terus bapak itu mengeluarkan dompet, dan memperlihatkan KTP dan Kartu Pensiunan…namanya Yusuf Supriyatna, kelahiran 1943, pensiunan TNI Angkatan Darat.
“Alhamdulillaah, selalu dikasih sehat oleh Allah, namanya kerja ngeluarin tenaga pasti fisik mah capek, tapi sepanjang kita ikhlas insyaallah sehat terus…namanya ikhtiar kita harus sabar dan ikhlas…dan yang utamanya adalah harus yakin kepada Allah…kalo kita tidak yakin, percuma…pasti yang kita dapat hanya capek…dan jangan lupa ngado’a…” ujarnya.
Aku ngangguk-ngangguk aja.
“Kenapa harus berdo’a, karena Allah sudah menjanjikan…ud’uni astajib lakum, Qur’an Surat Al Mukmin ayat 60…berdo’alah kamu kepada-Ku, niscaya akan Ku-kabulkan”
Sepertinya mukaku tadi sempat memerah malu….
“Berbekal ayat itu kita harus yakin…tapi juga harus sabar, karena kita tidak pernah tau kapan Allah akan mengabulkan…bisa langsung saat itu juga, bisa ditunda beberapa saat dan ada juga yang ditunda sampai di akhirat nanti….kita tidak pernah tau, itu mah hak prerogatif Allah…kewajiban kita hanya ikhtiar, berdo’a, sabar dan ikhlas, dan jangan lupa bersyukur ketika sudah dikabulkan…”
Hmmmm…
“Jadi, ngaji itu jangan hanya sekedar membaca tulisan arab, atau membaca tafsirnya saja…tapi juga harus dicari hikmahnya, diyakini dalam hati dan diterapkan di kehidupan nyata…”
“Bapak tidak pernah merasakan kesusahan hidup, Neng. Kuncinya sholat lima waktu jangan ditinggalkan… dan kalau kita ada permintaan sama Allah, minta lah sehabis sholat, sehabis tahajjud, dan lakukan sholat hajat… moal henteu (jangan berhenti), pasti di ijabah oleh Allah…”
“Ada waktu-waktu yang diistimewakan oleh Allah kapan berdo’a akan diijabah….ada juga tempat-tempat yang diistimewakan oleh Allah, ada bilangan-bilangan, ada bacaan-bacaan…itu betul Neng, contoh kecil aja, ubi Cilembu, hanya bisa ditanam dan dipanen sesuai hasilnya hanya yang ditanam di Cilembu, coba ditanam di tempat lain, tidak sama hasilnya… itu karena Allah memberikan keistimewaan kepada tanah di Cilembu…. eta mah anging Alloh nu uninga, urang mah tinggal ngalakonan.…. (Semua itu kekuasaan Allah, kita hanya tinggal menjalani, pen.)”
Sambil ngobrol, beberapa penumpang turun naik, dan tidak sekalipun si bapak mengecek ongkosnya sesuai atau tidak… langsung dimasukkan ke kantong uang yang disimpan di bawah tempat duduknya.
Tidak sekalipun juga bapak itu ngetem atau bahkan menyalip angkot di depannya… “Rejeki bapak mah moal kamana, Neng, sudah ditetapkan oleh Allah, tidak akan bertambah kalau bapak ngebut dan nyalip-nyalip angkot lain juga… dan tidak akan berkurang kalaupun disalip orang lain….” ujarnya.
Seorang nenek turun di jl Srimahi dengan kondisi mobil agak mepet ke tepi sehingga tangan si penumpang hanya sedikit nyembul di kaca…dengan susah payah bapak sopir tua mengulurkantangan kanannya menerima ongkos dari si nenek…
“Nah… hal kecil seperti ini juga mempengaruhi keberkahan rejeki kita… Allah sudah memberikan rejeki ke bapak dari ongkos penumpang, bapak akan bersusah payah mengulurkan tangan kanan, sebab apa? Allah sudah ngasih rejeki masa kita terimanya pake tangan kiri, gimana mau berkah..?”
Hmmmmm…..
“Bapak putra sabaraha sareng dimarana?” tanyaku.
“Tilu neng, sadayana guru SMP, nu hiji di Cianjur, nu hiji di Banjaran, nu hiji di Soreang…. (Tiga, neng, semuanya guru SMP, yang satu di Cianjur, yang satu di Banten, yang satu di Soreang, pen.) Semuanya sudah berkeluarga… anak soteh ketika mereka belum menikah… kitara na mah anak teh asuheun, atikeun, kawinkeuneun… sesudah mereka menikah mah mereka punya tanggung jawab sendiri sebagai suami, istri sekaligus sebagai orang tua baru… bapak sudah melepaskan tanggung jawab atas mereka. Kenapa sebagai pensiunan masih mau nyari nafkah, padahal gaduh pangsiunan? karena pangsiunan mah sanes nafkah, itu mah hak bapak yang dulu disisihkan dan baru dibayarkan sesudah kita pensiun…. bapak masih punya istri yang harus bapak nafkahi… jadi bapak masih ngangkot… tapi seminggu hanya dua kali, selebihnya bapak serahkan ke yang lain dengan syarat dia tidak meninggalkan sholat… dari setoran yang dia setor ku bapak dikembalikan lagi, tergantung banyaknya waktu sholat yang dia lewati… kalau tiga kali ya bapak kembalikan 30 ribu… kalau dia pake angkotnya full, bapak kembalikan lima puluh ribu…emutan bapa, kalau dia mau sholat pasti enggak narik penumpang dulu, anggap aja waktu yang terpakai sholat rata-rata membuat 3-4 orang penumpang teu katarik…jadi uang yg mungkin harusnya dia terima bapak kembalikan itung-itung sedekah, dengan begitu sopir tetep untung, sholatnya tetep jalan, dia betah pakai mobil kita, mobil kita dirawat…. untungna ngalipet-lipet…”
“Bapak yakin dia sholat?” tanyaku.
“Kedah husnudzon, Neng… dan kedah yakin…. Alhamdulillaah, yang pake mobil bapak enggak ganti-ganti….masih orang yang sama, mobil bapak butut-butut oge alhamdulillah tara ngadat”
Sejatinya, kalau aku masih jauh ke tempat tujuan…. pastilah masih banyak obrolan yang sarat dengan nilai-nilai…. sayangnya tempat ngelembur sudah di depan mata.
Dan yup!!! Bismillaah…. kuniatkan sabar dan ikhlas dalam ikhtiar hari ini…
“Saya turun di sini, pak…”
Begitu turun terselip do’a semoga pak Yusuf Supriyatna dan orang-orang yang gigih mencari nafkah selalu mendapat barokah-Nya… Aamiiiin
Sumber dailymoeslem.com
0 Response to "Kisah Inspiratif dari Bapak Yusuf Supriatna, Sopir Angkot Penuh Berkah"
Post a Comment